Manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan yang
lain karena manusia adalah makhluk sosial. Tanpa berhubungan dengan manusia
yang lain, manusia tidak "menjadi" manusia. Hubungan antar makhluk
itu ada yang sifatnya saling membantu (seperti manusia dengan kuda piaraan),
ada juga yang saling memusnahkan (seperti antar serigala) dan ada hubungan
sepihak, predator dan korbannya (seperti cecak dengan nyamuk). Manusia dalam
pergaulan hidupnya dengan sesama manusia adakalanya saling membantu (yasyuddu
ba`dluhum ba`dla) , adakalanya bersaing secara sehat (fastabiqul al khairat)
dan tak jarang menindas serta mengekploitir yang lain untuk kepentingan dirinya.
Hidup saling menindas pastilah tidak indah. Demikian juga
persaingan secara tidak fair juga tidak menimbulkan keindahan. Keindahan dalam hidup
adalah manakala manusia berpegang teguh kepada nilai luhur dalam hidupnya.
Manusia boleh bekerjasama, boleh bersaing, dan sesekali boleh berperang membela
hak-haknya. Jika dalam hidupnya yang dinamis, masyarakat manusia tetap
berpegang teguh kepada nilai-nilai akhlak, maka peperangan sekalipun akan
melahirkan pelajaran dan hikmah yang tak ternilai harganya.
Akhlak bukanlah perilaku, tetapi keadaan batin seseorang
yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah
dan spontan tanpa berfikir untung rugi. Orang yang berakhlak mulia pastilah
mulia pula perbuatannya, tetapi tidak semua perbuatan baik dikerjakan oleh
orang yang berakhlak baik. Penipu terkadang melakukan perbuatan baik, ramah dan
menolong orang sebagai bagian dari rencana penipuannya.
Agama mengajarkan kepada manusia untuk bergaul secara indah
dengan yang lain, vertikal dan horizontal. Kepada Tuhan, manusia diajarkan untuk
tahu diri sebagai makhluk ciptaan Nya, oleh karena itu akhlak manusia kepada
Tuhan antara lain berterima kasih (syukur), berpasrah diri (tawakkal) dan siap
melaksanakan tugas (ibadah). Kepada sesama manusia diajarkan untuk saling
mengapresiasi, yang muda hormat kepada yang tua, dan yang tua menyayangi yang
muda. Kepada alam, manusia dianjurkan untuk mengelola dan memanfaatkan secara
wajar, tidak mengekpoitir dan merusaknya. Kepada diri sendiri manusia diajarkan
untuk sabar dan jujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar