Catatan
Kepala: ”Ternyata, kecerdasan kita tidak semata-mata dibangun oleh IQ, EQ, atau SQ belaka
lho. Faktanya, setiap individu memiliki bentuk kecerdasan yang terintegarasi.
Itulah Natural Intelligence.”
Meskipun tidak menjadikan saya ahli di bidang itu, namun
cukuplah untuk menjadi bekal dalam kehidupan dan profesi saya. Ada sebuah ciri
yang dimiliki nyaris oleh semua teori kecerdasan yang kita kenal selama ini,
yaitu; pengkotak-kotakan. Yang paling terasa sekali misalnya pengkotak-kotakan
antara IQ, EQ, dan SQ. Disini saya
tidak akan membahas teorinya, namun fokus saja kepada aplikasinya. Misalnya,
bagaimana kita menggunakan untuk membangun sudut pandang pribadi dalam
menjadikan diri kita layak untuk dibayar mahal sebagai seorang profesional.
Siapakah diantara Anda yang tidak
menginginkan untuk dibayar mahal? Meskipun tidak tertarik untuk membayar tinggi
terhadap sesuatu yang kita beli, namun kita selalu ingin mendapatkan bayaran
yang tinggi. Pertanyaannya adalah; Apa yang membuat seseorang layak untuk
mendapatkan bayaran mahal? Ada begitu banyak jawaban atas pertanyaan itu.
Diantaranya ada yang menjawab ‘keahliannya’, ‘masa kerjanya’, dan ada pula yang
menjawab ‘jabatannya’. Mari kita mulai dengan menyimak 3 situasi berikut ini:
1. Keahlian. Banyak sekali orang yang memiliki kemampuan tinggi namun mereka tidak
tertarik untuk benar-benar mencurahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
hingga bisa menghasilkan sebuah karya yang betul-betul bernilai tinggi. Mereka
sudah mengikuti berbagai macam program pelatihan, diklat, bahkan ada yang
begelar master dan doktor; namun kinerjanya tidak jauh berbeda dengan orang
lain yang tingkat kemampuannya berada dibawah mereka. Jika Anda mempunyai
kolega yang kinerjanya sama saja dengan Anda, namun kolega Anda itu mendapat
bayaran lebih mahal dari Anda, apakah Anda rela? Fakta ini menunjukkan bahwa
meskipun mempunyai kualifikasi keahlian yang tinggi, hal itu tidak berarti
secara otomatis menjadikan seseorang layak mendapatkan bayaran yang mahal.
2. Masa kerja. Kita mengenal begitu banyak orang yang memiliki masa kerja yang sangat
lama sekali. Namun semakin lama mereka bekerja, mereka semakin merasa bosan
dengan pekerjaannya. Setiap hari mereka berangkat dari rumah kekantor dengan
perasaan yang sangat berat didalam dada. Begitu tiba diruang kerja, mereka
duduk di kursi kerjanya tanpa gairah. Ketika mengerjakan tugas-tugasnya, mereka
merasakan kehampaan sehingga yang penting bisa muncul di kantor pada jam kerja,
dan semua pekerjaan ‘dikerjakan’ alakadarnya saja. Menurut pendapat Anda,
apakah orang-orang seperti itu layak mendapatkan bayaran yang mahal? Fakta ini
pun menunjukkan bahwa meski mempunyai masa kerja lama, namun seseorang tidak
secara otomatis layak mendapatkan bayaran yang mahal.
3. Jabatan. Ada cukup banyak kejadian dimana orang-orang yang memiliki jabatan
tinggi terlena dengan jabatannya sampai-sampai mereka lupa untuk terus
mengembangkan diri sehingga orang lain berkembang lebih pesat dan lebih cepat
dari dirinya. Beberapa tahun kemudian, mereka baru sadar jika dirinya sudah
tertinggal jauh oleh orang-orang yang sebelumnya berada dibelakang mereka.
Fakta ini pun menunjukkan kepada kita, bahwa menduduki jabatan tinggi bukanlah
jaminan bahwa seseorang layak mendapatkan bayaran yang mahal.
4. Ketulus-ikhlasan. Banyak contoh yang
ditunjukkan oleh orang-orang yang tulus dalam bekerja. Mereka memulai karir
dari tingkatan yang tidak terlalu bergengsi. Namun ketulusannya dalam bekerja
telah membawanya kepada dedikasi yang begitu tinggi sehingga setiap hari ketika
berangkat dari rumah, mereka bertekad untuk memberikan kontribusi terbaik melalui
pekerjaannya. Ketika tiba di kantor, mereka bergembira untuk mengerahkan
seluruh kemampuan, keahlian dan daya diri yang dimilikinya kedalam pekerjaan
dan tugas-tugas yang ditanganinya pada hari itu. Setiap pekerjaan yang
diterimanya diselesaikannya dengan sepenuh hati sehingga tidak ada cacat yang
dibiarkannya menodai hasil kerjanya. Ketika hari menjelang sore, mereka merasa
puas dengan semua upaya yang sudah dikontribusikannya sepanjang hari itu
sehingga mereka meninggalkan kantor dengan perasaan lega dan lapang dada.
Setibanya di rumah, mereka bersyukur karena hari itu telah berhasil menunaikan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Maka ketika bertemu dengan istri atau suami dan
anak-anaknya mereka masih menyisakan rasa gembira itu sehingga bisa menikmati saat-saat
di rumah bersama keluarganya. Mereka puas dengan kehidupan rumahnya. Dan mereka
tulus ikhlas dalam menjalani kehidupan kerjanya. Keesokan harinya, mereka
berangkat ke kantor lagi dengan semangat dan antusiasme yang tinggi seperti
dihari-hari sebelumnya.
5. Perilaku positif. Menjelang akhir
tahun tiba selalu ada penilaian terhadap kinerja setiap karyawan. Selain hasil
kerja, juga dinilai perilaku kerja dan bagaimana karyawan menjalani
hari-harinya di kantor. Atasan tidak hanya menilai segala sesuatunya diatas
kertas, melainkan merasakan suasana dan dampak dari kehadiran setiap karyawan
di ruang kerjanya masing-masing. Pelanggan juga sama. Mereka bisa merasakan
pelayanan istimewa yang diberikan oleh orang-orang yang tulus dengan pelayanan
asal-asalan dari mereka yang bekerja secara terpaksa. Cara mereka tersenyum.
Cara mereka menyapa. Cara mereka melakukan sesuatu untuk pelanggannya, sungguh
sangat berbeda sehingga pelanggan bisa merasakannya dengan jelas dan
membedakannya secara kontras. Tidak heran jika atasan, teman, maupun pelanggan
mereka memberikan nilai yang tinggi atas kualitas kerja yang sudah
didedikasikannya.
Sekarang, cobalah temukan kaitan antara
situasi nomor 4 dan nomor 5, serta pengaruhnya terhadap peluang utilisasi
situasi 1, 2 dan 3. Kemudian, renungkanlah dampak ke-5 situasi terhadap
kelayakan seseorang mendapatkan bayaran yang lebih tinggi. Gampangnya begini;
seseorang tidak cukup hanya memiliki keterampilan kerja, masa kerja, dan
jabatan untuk memperoleh bayaran yang lebih tinggi. Dia butuh ketulus-ikhlasan
dalam bekerja sehingga terdorong untuk menggunakan seluruh daya diri yang
dimilikinya. Dan dia, butuh berperilaku baik sehingga keunggulan pribadinya
bisa dikonversi menjadi kompatibilitas yang tinggi degan lingkungan kerjanya.
Saya menguraikan situasi-situasi itu
dengan prinsip-prinsip disini terlihat sekali bahwa Natural Intelligence dapat diaplikasikan
dalam beragam aspek kehidupan kita. Untuk pengembangan diri. Untuk Kehidupan
sehari-hari di rumah dan lingkungan tempat kita tinggal. Maupun untuk meningkatkan
daya kualitas kerja dan kepemimpinan kita. Tapi landasan konstruksi ilmiahnya
apa? Mungkin Anda bertanya demikian. Artikel ini memang dikhususkan untuk
menunjukkan aplikasinya supaya bisa sesuai dan terkait langsung dengan
kehidupan keseharian kita. Namun, pertanyaan Anda itu merupakan sebuah awal
yang baik untuk mempelajari dan mendalami Natural Intelligence lebih
lanjut. Cobalah. Karena dengan ilmu ini kita bisa lebih memahami bentuk
kecerdasan hakiki kita secara terintegrasi. Bukannya terkotak-kotak seperti
halnya teori-teori kecerdasan yang selama ini kita kenal.
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar